Prosesi pernikahan ada apa saja?

4 bilangan lihat

Setelah akad nikah dalam tradisi Jawa, terdapat lapan macam prosesi yang dijalankan. Antaranya ialah Panggih (pertemuan pengantin), Bobot Timbang (ayahanda menimbang pengantin), Sindur Binayang (ibu menyelimuti pengantin), dan Wiji Dadi (ayahanda menginjak telur). Kemudian diikuti dengan Kacar Kucur (suami memberi nafkah simbolik), Dulangan (suami isteri saling suap), Mertui (sungkem kepada mertua), dan diakhiri dengan Kirab (arak-arakan pengantin).

Maklum Balas 0 bilangan suka

Melangkah ke Alam Perkahwinan: Menyelami Prosesi Pasca Akad Nikah Adat Jawa

Setelah ikatan suci terpatri melalui akad nikah, perjalanan pasangan pengantin Jawa baru sahaja bermula. Upacara adat yang penuh makna dan simbolik menanti, menandakan peralihan status dan tanggungjawab mereka dalam kehidupan berumah tangga. Lapan prosesi penting lazimnya dijalankan pasca akad nikah, setiap satunya sarat dengan falsafah dan harapan untuk masa depan yang bahagia.

Berikut adalah lapan prosesi tersebut yang mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi Jawa:

  1. Panggih (Pertemuan Pengantin): Panggih bermaksud pertemuan. Inilah momen pertama pengantin lelaki dan perempuan bertemu secara rasmi sebagai suami isteri setelah sah bernikah. Prosesi ini dipenuhi simbolisme penyatuan dua jiwa dan keluarga, diiringi dengan balutan busana adat yang indah dan penuh makna. Berbagai ritual kecil, seperti saling melempar sirih, menginjak telur, dan membasuh kaki, dilakukan sebagai lambang kasih sayang, kesuburan, dan kesediaan untuk melangkah bersama.

  2. Bobot Timbang (Ayahanda Menimbang Pengantin): Ayahanda pengantin perempuan akan memangku kedua mempelai, melambangkan kasih sayang yang sama rata kepada kedua-duanya. Prosesi ini menandakan penerimaan penuh sang ayah terhadap suami puterinya dan harapan agar mereka setara dalam membina rumah tangga.

  3. Sindur Binayang (Ibu Menyelimuti Pengantin): Ibu pengantin perempuan akan menyelimuti kedua mempelai dengan kain sindur, melambangkan perlindungan dan doa restu untuk kehidupan mereka yang baru. Sindur, dengan corak dan warnanya yang khas, juga menjadi simbol kebahagiaan dan keharmonisan rumah tangga.

  4. Wiji Dadi (Ayahanda Menginjak Telur): Ayahanda pengantin perempuan akan menginjak telur hingga pecah, melambangkan harapan agar pasangan tersebut segera dikurniakan zuriat dan keturunan yang baik.

  5. Kacar-Kucur (Suami Memberi Nafkah Simbolik): Pengantin lelaki akan menaburkan kacang, koin, dan beras kuning kepada pengantin perempuan. Prosesi ini melambangkan tanggungjawab suami sebagai pencari nafkah dan kemampuannya untuk mencukupi keperluan keluarga. Kacang, koin dan beras kuning juga melambangkan rezeki yang melimpah ruah dan kehidupan yang sejahtera.

  6. Dulangan (Suami Isteri Saling Suap): Pengantin lelaki dan perempuan akan saling menyuap makanan, menandakan kasih sayang, kepedulian, dan kesediaan untuk saling berbagi dalam suka dan duka. Prosesi ini juga melambangkan komitmen untuk saling menjaga dan memenuhi kebutuhan satu sama lain.

  7. Mertui (Sungkem kepada Mertua): Kedua mempelai akan sungkem kepada kedua orang tua dan mertua, memohon restu dan maaf atas segala kesalahan di masa lalu. Prosesi ini menggambarkan rasa hormat, bakti, dan pengakuan atas jasa orang tua dalam membesarkan mereka.

  8. Kirab (Arak-Arakan Pengantin): Prosesi terakhir adalah kirab, di mana kedua mempelai diarak keliling kampung atau diiringi keluarga dan kerabat menuju tempat resepsi. Kirab menjadi simbol pengumuman kepada masyarakat tentang penyatuan dua insan dalam ikatan perkahwinan. Ia juga merupakan ungkapan rasa syukur dan perayaan atas pernikahan yang telah berlangsung.

Kedelapan prosesi ini bukan sekadar ritual semata-mata, tetapi mengandung nilai-nilai luhur dan falsafah hidup yang diwariskan secara turun-temurun. Ia menjadi panduan dan doa restu agar pasangan pengantin dapat membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.